Monday, June 2, 2014

Mazmur 23: Puisi Pegangan Hidupku

Kalau ada puisi yang pernah benar-benar mempengaruhi hidupku, mungkin itu adalah Mazmur 23: “Tuhan, gembalaku yang baik”. Tiap kali aku membacanya, aku selalu dibawa untuk menyadari kembali bagaimana Tuhan selalu memelihara aku bagaikan gembala yang baik memelihara domba-dombanya. Dan dari pengalaman hidupku, begitulah aku selalu melihat Tuhan, sebagai sosok Gembala yang delalu dekat dengan domba-dombaNya, menyayangi mereka, memberi mereka kenyamanan semaksimal mungkin, membimbing mereka supaya selalu berjalan ke arah yang seharusnya.

Dan bila aku melihat kembali hidupku, dari saat aku lahir hingga saat ini, begitulah Tuhan menempatkan DiriNya dalam hidupku. Semenjak papaku pensiun—dan dengan demikian menjadikanku satu-satunya tulang punggung keluarga—aku sering bertanya-tanya dalam hati, apakah yang akan terjadi padaku kelak saat aku juga harus pensiun? Kami bukanlah keluarga yang berkelimpahan harta; akankah hasil kerja dan tabunganku selama aku bekerja ini dapat mencukupi kebutuhan masa tuaku nanti?

Mazmur 23 inilah yang menenangkan aku tiap kali kerisauan itu muncul. Kalau Sang Gembala telah memeliharaku dengan sedemikian cermat selama ini, masakan Ia akan menelantarkan aku di masa depan, bila aku selalu (berusaha) mengikuti kehendakNya? Seperti yang ada di Mazmur ini di ayat 6:

“Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku,
                seumur hidupku;
dan aku akan diam dalam rumah Tuhan
                sepanjang masa.”

Apalagi yang harus kukhawatirkan? Bukan saja seumur hidup Ia akan memberkati aku dengan kemurahan hati, namun Ia juga akan memberiku tempat kelak di dalam rumahya sepanjang masa!

Karena itulah Mazmur 23 ini selalu menjadi pegangan hidup sekaligus kekuatanku. Aku tak pernah lagi takut menghadapi kesulitan apapun, karena Ia selalu bersamaku; Ia pasti akan membimbingku pada pemecahan—meski mungkin menyakitkan saat ini, namun—yang pasti terbaik bagiku.

                “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
                                aku tidak takut bahaya,
                sebab Engkau besertaku.”

Jadi, di saat hal-hal berat atau menyesakkan sedang terjadi padaku, yang perlu aku lakukan hanyalah membuka Mazmur 23 ini dan membacanya, terutama pada ayat ini:

                “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
                Ia membimbing aku ke air yang tenang;
                                Ia menyegarkan jiwaku.”

Membayangkan saja diriku berbaring nyaman di padang rumput hijau yang segar, sambil mendengarkan gemericik samar air mengalir serta kicauan burung, sungguh…jiwaku akan segera menjadi lebih tenang. Dan aku akan berpikir dalam hati, ‘Sabarlah diriku, sekarang kau sedang melewati kerikil-kerikil tajam, tapi teruslah berjalan, karena sebentar saja lagi, Sang Gembala pasti akan membaringkanmu di padang rumputNya yang hijau. Sekarang pun sesungguhnya Ia sedang membimbingmu ke sana….

Akhirnya, bagaimana mungkin Mazmur 23 ini tidak menjadi pegangan hidupku? Ia selalu mengingatkanku bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik, dan Ia takkan menelantarkan aku.

Mazmur 23:

~~~~~~~~~

*Tulisan ini dibuat untuk #PotOfPetry yang digagas Listra*


3 comments:

  1. Postingan yang menginspirasi dan membangkitkan iman mbak Fandah. :)
    salam kenal,
    Steven S. (h23bc.com)

    ReplyDelete
  2. Tuhan Gembala yang baik,
    banyak juga mazmur 23 yang dijadikan lagu mbak, dan aku juga suka...

    ReplyDelete

What do you think?